ASSALAMUALAIKUM Wr.Wb

Selamat datang di Forum Komunikasi Remaja Geduren
Hay..hai..buat kalian semua rekan-rekan anggota FOKREN..
mo lihat berita tentang FOKREN?
Datang dan share bersama saya di blog yang sederhana ini..blog nya anak muda yang kreatif dan inovatif....
Selamat menikmati.....

Banner

Mengenal Lebih Dalam NII ( Negara Islam Indonesia )

Jumat, 22 April 2011

Belakangan, di sekitar kampus tercinta kita, bahkan mungkin di kota bengawan ini, kajian model NII KW 9 mulai merebak lagi. Mungkin beberapa diantara ente sekalian sudah pernah dengar dan sudah bisa ambil sikap. Tapi bagi yang belum, semoga tulisan ini bisa jadi pembuka pikiran ente semua, amien.

Buat ente yang hobi banget kajian agama Islam, sekarang agaknya perlu lebih hati-hati. Kajian memang merupakan salah satu cara tholabul ilmi kita sebagai muslim. Bahkan kajian (tentunya) berpahala. Tapi jangan asal kajian, salah-salah nanti malah dapatnya ilmu yang nggak ada benarnya sama sekali.
Ahmad (bukan nama sebenarnya), beberapa waktu lalu diajak oleh seorang teman kuliahnya untuk mengikuti sebuah kajian. Meskipun sedikit heran karena temannya itu bisa dikatakan bukan ”orang doyan kajian”, tapi entah bagaimana Ahmad ikut juga. Kajian itu diadakan di sebuah rumah makan di bilangan Kleco. Sampai sana, Ahmad dipertemukan dengan seorang yang dikatakan sebagai ”ustad” oleh temannya tadi. Ustad yang kelihatan masih muda tadi mengaku berasal dari Jogjakarta.
Mula-mula Ahmad ditanyai tentang apa makna Islam. Lalu berbagai pertanyaan-pertanyaan lainnya. Usai Ahmad mencoba menjawab aneka pertanyaan tersebut, mulailah sang ustad beraksi. Ia mencoba mengarahkan pendapat Ahmad mengenai masalah-masalah yang diajukan sebelumnya sesuai dengan pendapat sang ustad, lengkap dengan cuplikan ayat-ayat Al-Qur’an yang mendukung pendapatnya.
Meskipun terlihat meyakinkan, namun dalam hati Ahmad merasa janggal dengan apa yang dikhotbahkan oleh ustad tersebut. Seperti pernyataan bahwa shalat belumlah menjadi kewajiban, karena menurutnya kita masih berada dalam masa Jahiliyah. Saat itulah Ahmad kemudian minta diri untuk pulang karena ada acara lain. Sang ustad setuju, namun meminta waktu lain untuk kajian selanjutnya. Namun Ahmad tidak mau menghadiri kajian selanjutnya tersebut, karena merasa ada yang aneh dengan ajaran yang disampaikan. ”Nggak sreg aja rasanya, seperti ada yang aneh”, resah Ahmad.
Mungkin ada beberapa dari ente sekalian yang pernah mengalami kejadian seperti yang telah dikisahkan di atas. Malah mungkin ada yang sudah sampai ikut kajian seperti itu berkali-kali terus sampai harus pergi ke kota lain, dengan alasan hijrah? Kalau begitu, ente kudu beneran tobat deh. Because what, karena model kajian seperti itu adalah kajian NII (Negara Islam Indonesia) yang sudah lama dianggap sebagai aliran sesat dan terlarang oleh pemerintah, MUI dan berbagai ormas Islam yang ada di Indonesia.

Sekilas Sejarah NII (Negara Islam Indonesia)
Kajian model NII ini sebenarnya sudah ada dari berpuluh tahun lalu. Awal mulanya adalah memang didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1949, yang berniat mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia. Namun dalam perjalanannya, menurut orang-orang yang pernah terlibat dalam gerakan ini lalu insyaf dan bertobat, NII terpecah dan mulai melenceng dari ajaran semula. NII ”sempalan” inilah yang mulai memperkenalkan model kajian seperti diatas. Adapun NII KW (Komandemen Wilayah) 9-lah yang ditengarai menjadi gerakan sempalan di tubuh NII.
Kajian model ini sempat jadi heboh nasional pada tahun 80-an. Saat itu, pengikutnya amat banyak dan militan. Saking militannya, entah sudah berapa banyak orang yang ”menderita” karena ulah pengikut-pengikut kajian NII ini. Banyak orang tua yang heran dan terkejut mendapati putra-putrinya tiba-tiba menghilang tidak jelas. Ketika diketemukan atau kembali ke rumah, mereka menuduh bahwa orang tua mereka adalah kafir dan halal harta serta darahnya karena belum ”hijrah”.
Meskipun telah dilarang dan dinyatakan sebagai aliran sesat oleh pemerintah, MUI serta ormas-ormas Islam lainnya, namun kenyataannya gesrakan ini masih saja menunjukkan eksistensinya. Agaknya pelarangan ini hanya menyentuh permukaannya saja. Buktinya kelompok ini seolah bergerak di bawah tanah. Dari tiap waktu, selalu saja terdengar kabar mengenai aktivitas gerakan ini. Namun semakin lama pula semakin sulit untuk membongkar aktivitas kelompok ini karena sekarang mereka semakin rapi dan terorganisir dalam bergerak.

Ajaran NII
Walaupun masa telah berganti, namun benang merah dari kelompok ini yang sekaligus menjadi inti ajarannya tetap tidak berubah. Beberapa diantaranya adalah:
1. Shalat tidak wajib, karena kita masih berada dalam zaman Jahiliyah dan baru dilakukan kalau sudah berpindah/hijrah ke zaman Madiniyyah.
2. Shalat bisa ditinggalkan, asal membayar ”denda”.
3. Harus bai’at (mengucapkan janji setia) untuk dapat berpindah ke zaman Madiniyyah yang dimaksud plus membayar sejumlah uang sebagai ”tanda bukti” hijrah.
4. Semua orang yang belum bai’at dianggap kafir dan halal darah serta hartanya, meskipun keluarga sendiri, bahkan orang tua sekalipun. Dengan kata lain membunuh maupun mencuri harta orang di luar kelompoknya bebas dari dosa.
5. Serta beberapa ajaran-ajaran ”nyeleneh” lainnya.
Ajaran-ajaran ini jelas amat berlawanan dengan ajaran yang kita terima selama ini. Sebagai contoh, penyamaan kondisi (negara kita) yang masih dalam keadaan Jahiliyyah adalah tidak ada dasar nash-nya sama sekali. Selain itu, bolehnya meninggalkan shalat, sebagai akibat dari ”masih Jahiliyyahnya kita”, adalah hal yang benar-benar tidak dapat diterima akal sehat. Betapa tidak, Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga saja tidak pernah meninggalkan shalat. Tentunya kita semua harus bercermin pada Rasulullah ketimbang ajaran seperti ini.

Yang Harus Diperhatikan
Berdasar pengalaman, ada beberapa trik tertentu yang dilakukan pengikut NII untuk menarik ente untuk ikut dalam kelompoknya, minimal ikut kajian. Beberapa diantaranya adalah:
1. Sebelum mengajak, biasanya mereka akan bertanya “Punya saudara TNI atau polisi?” atau paling tidak mereka tiba-tiba tanya tentang pekerjaan orang tua. Kalau kita jawab tidak punya atau pekerjaan orang tua kita bukan TNI dan ABRI, berarti kita positif jadi target mereka karena NII paling takut dengan ABRI. Coba saja lihat sejarahnya.
2. Mereka cenderung mencari orang yang serius, senang diskusi, concern akan sesuatu atau orang yang sedang bersemangat untuk mendalami agama, hanya saja pikirannya terlampau sempit dan menjadikannya kehilangan daya nalar.
3. Ajakan untuk mengikuti kajian dilakukan secara mendadak, lewat ajakan langsung, telepon atau sms, dengan harapan orang tersebut tidak bisa menolak ajakan mereka.
4. Biasanya mereka “berpraktek” di mall atau rumah makan (untuk target mahasiswa), bukan di masjid.
5. Ada juga yang membawa Al Quran dengan disampuli cover hitam kulit motif bintil2 berukuran setengah buku tulis sehingga dari luar orang tidak tahu itu Al Quran.
6. Modusnya terkadang hampir sama seperti mengajak join MLM (multi level marketing).
7. Awal percakapan biasanya diawali dengan pertanyaan-pertanyaan seputar Islam, serta permasalahan terkini umat Islam.
8. Apa yang disampaikan selalu berpatokan Quran, tapi hanya diambil ayat2 tertentu saja, itupun setengah-setengah.
9. Ada juga yang mengaku kalau mereka pernah lama di Mesir, lama di pesantren, atau pernah ikut studi banding di Malaysia.
10. Kosakata yang perlu diketahui tentang NII:
- Negara Karunia Allah
- Hijrah
- Camat, Lurah dan Gubernur
- Infak perbulan

Lalu, Apa yang Harus Dilakukan?
Well, dengan begitu, kita sekarang sudah lebih tahu dan bisa mengambil sikap terhadap kajian model NII yang sedang marak (lagi) di kampus tercinta ini. Meskipun kita tidak memiliki hak untuk menyatakan sesat-tidaknya sebuah ajaran, namun cukuplah kiranya fatwa MUI dan banyak bukti yang telah terungkap selama ini.
Bukan berarti kita harus mengambil jarak, tapi tetap saja kita harus berhati-hati. Karena siapa tahu teman justru terdekat kita yang secara tak terduga mengajak kita untuk mengikuti kajian tersebut. Maukah kita melihat teman kita terperosok dalam jurang yang sayangnya ia pandang sebagai oasis di padang pasir?
Betapa tidak, “korban-korban” ajaran ini dapat dipastikan akan mengalami perubahan drastis dalam kehidupannya, dalam artian negatif. Perubahan-perubahan yang dapat dilihat itu antara lain:
1. Menarik diri dari pergaulan, karena merasa orang di luar kelompoknya adalah kafir.
2. Bagi yang kuliah, mulai sering bolos kuliah dan “menghilang” dari kampus. IP melorot drastis, tak jarang beberapa diantaranya sampai DO (Drop Out).
Itu semua disebabkan paham mereka bahwa ilmu yang diajarkan dalam kuliah adalah ilmu kafir, sehingga lebih baik ditinggalkan saja dan beralih pada aktivitas mencari pengikut baru.
3. Sering mengeluarkan uang untuk alasan tidak jelas, bahkan terkesan dibuat-buat. Tak jarang sampai membohongi orang tua.
Kewajiban berinfaq-lah yang menjadi biang keladinya. Untuk membuktikan kesetiaan serta partisipasinya dalam perjuangan, anggota pasti dimintai infaq yang besarnya dapat berubah-ubah menurut selera pimpinan kelompoknya. Anggota dituntut untuk dapat selalu berinfaq, tak peduli asal uang tersebut darimana.
4. Barang-barang berharga miliknya atau terkadang milik orang disekelilingnya mendadak sering raib entah kemana.
Tuntutan untuk selalu dapat memenuhi kewajiban infaq tanpa mempedulikan asal harta yang diinfaqkan adalah penyebabnya. Apalagi salah satu ajaran yang didapatkan dari kelompok ini adalah darah maupun harta dari orang diluar kelompoknya adalah halal.
Karena itu, menjadi tugas kita-lah untuk menyadarkan mereka. Ada banyak cara kiranya untuk menyadarkan para korban yang terlanjur terjerat dalam kelompok ini. Cara termudahnya adalah pertemukan ia dengan ustadz atau ulama yang kita percayai dan menguasai betul masalah ini untuk diberikan penjelasan serta pencerahan kembali.
Satu hal penting tentang korban kelompok ini, jangan sekali-kali kita membenci mereka. Apa yang mereka lakukan sebenarnya hanyalah merupakan akibat kekhilafan dan kurangnya ilmu mereka tentang Islam. Namun begitu, kita perlu untuk mencoba bermujahadah melawan ajaran yang diajarkan oleh kelompok ini, melalui kajian-kajian mereka.

Wallua’lam bisshowab

semoga bisa menjadi pelajaran buat para mahasiswa yang selalu dijadikan sasaran baru untuk mengikuti ajaran mereka.


di kutip dari : http://aamzz.blog.friendster.com/2007/08/awas-bahaya-nii-kw-9-kembali-mengintai/

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar