Memang SMS pada saat ini adalah cara berkomunikasi melalui handphone yang cepat, murah serta canggih dan digemari anak-anak yang nota bene mereka adalah pelajar. Lebih-lebih handphone sudah bukan merupakan barang mewah lagi. Dengan harga yang relatif terjangkau, berbagai kalangan baik orang tua, dewasa maupun anak-anak, yang berekonomi kuat, sedang dan yang berekonomi lemah pun, semua memiliki handphone. Wajar juga bila sebagian besar pelajar mempunyai handphone.
Tapi sayang, alat komunikasi dengan sms ini, jika berada di tangan seorang pelajar serta penggunaannya tanpa pantauan dari orang tua, lambat laun sangat membahayakan. Dalam hal ini yang kita garis bawahi adalah bahaya SMS bagi seorang pelajar. SMS yang merupakan singkatan dari Short Message Service bisa menjadi singkat-an dari Siswa Malas “Sinau”. Mengapa demikian ? Karena tujuan utama SMS sebagai alat komunikasi tertulis yang sangat cepat, mudah, murah dan hemat digunakan secara berlebihan terutama oleh pelajar yang sangat menggemari cara komunikasi melalui SMS.
Sepintas SMS hanya merupakan alat berkomunikasi antar teman, serta bukan sesuatu bahan atau tingkah laku yang membahayakan, seperti penggunaan narkoba ataupun pergaulan bebas. Karena SMS hanya mengetik apa yang akan mereka tulis dan “send”. Kemudian tidak ada dampak yang terjadi pada si pengirim maupun penerima.
Tetapi setelah kita cermati dengan seksama, ber-SMS-ria merupakan suatu ancaman yang sangat berbahaya. Bagaikan bahaya laten yang sewaktu-waktu serta tanpa kita sadari dapat meledak sebagai bencana, khususnya bagi pelajar dan umumnya bagi bangsa dan negara ini. Bukan bahaya laten seperti yang ditimbulkan G 30 S/PKI, namun banyak sekali kerugian maupun akibat yang ditimbulkan di belakang hari, karena kemalasan serta tertinggalnya prestasi pelajar.
Dampak Negatif
Sejauh ini orang tua atau pihak terkait belum menyadari atau belum memperhatikan anak-anaknya saat mereka memegang handphone dan waktu menggunakannya. Kalau kita mau melihat, memperhatikan serta mengamati anak-anak kita menggunakan handphone, niscaya kita akan tahu bahwa handphone di tangan anak-anak kita yang nota bene adalah pelajar digunakan tanpa mengenal batas waktu sejak bangun tidur sampai saatnya akan tidur kembali. Mereka memegang handphone dan ibu jari tanpa henti menari di atas tut handphone.Marilah kita amati aktivitas anak-anak kita saat menggunakan handphone. Pertama yang kita amati adalah nada panggil handphone, jika anak-anak kita melakukan kegiatan secara positif dan bertanggung jawab pasti nada panggil yang merupakan nada dering tidak dimatikan atau diaktifkan. Tetapi sebaliknya, jika anak-anak kita sembunyi-sembunyi atau melakukan kegiatan yang tidak berkenan di depan orang tua, lebih–lebih pada saat jam belajar, maka nada panggil akan dimatikan atau tidak diaktifkan dan hanya getar atau silent yang diaktifkan sebagai nada panggil.
Hal ini adalah tanda bahwa anak-anak kita tidak ingin orang tuanya tahu bahwa sebenarnya mereka melakukan aktivitas komunikasi, secara diam-diam. Inilah me-reka melakukan aktivitas SMS yang menyita, mengambil serta mengabaikan semua jam-jam belajar dan digunakan untuk ber-SMS-ria. Dengan seringnya atau malah tanpa henti dan tanpa mengenal waktu untuk ber-SMS, maka anak-anak kita akan menjadi malas belajar. Mereka memegang buku pelajaran, hanyalah formalitas belaka.Dan buku pelajaran hanya digunakan untuk menutupi aktivitas mereka ber-SMS. Lebih-lebih jika mereka melakukan SMS chating, mxit-an, friendster, opera mini, jelas waktu belajar mereka akan tersita atau terbuang percuma. Akibatnya suasana belajar terasa membosankan, kemauan belajar tidak ada. Maka waktu untuk mengingat, memahami pelajaran, serta berlomba meraih prestasi adalah nomor yang kesekian, karena yang diutamakan adalah mengirim dan menerima SMS. Semua konsentrasi hanya tertuju pada SMS yang akan ditulis maupun yang akan diterima.
Kedua, karena anak-anak kita melakukan kegiatan SMS secara berkelanjutan, maka akibatnya pun berkelanjutan pula. Dampak nyata adalah si anak malas melakukan aktivitas segalanya, dari mandi, makan sampai belajar serta tidur. Dengan anak malas melakukan aktivitas positif serta malas melakukan aktivitas belajar, maka prestasinya jelas akan merosot dan tidak bisa meraih hasil yang ditargetkan atau dicita-citakan.
Jika aktivitas ini dilakukan satu anak, maka akibatnya yang menanggung hanyalah dirinya sendiri, ya anak itu sendiri. Tetapi jika aktivitas ber-SMS ini dilakukan banyak anak dan mereka adalah tulang punggung negara dan bangsa, yang akan menggantikan kita-kita membangun negara ini, maka prestasi negara dan bangsa ini akan turun dratis.
Untuk itu, maka perlulah kita waspada dampak negatif yang tidak kita rasakan secara nyata dan langsung ini, bagaikan mewaspadai bahaya laten yang sewaktu-waktu bisa meledak di saat-saat yang akan datang sehingga mengakibatkan kehancuran masa depan anak-anak serta negara ini. Kita akan menjadi semakin jauh tertinggal dari negara lain.
Upaya Penanggulangan
Memang tidaklah mudah untuk mencegah serta menanggulangi terjadinya ledakan bahaya laten akibat kegiatan SMS yang dilakukan pelajar tanpa henti tersebut. Tetapi setidak-tidaknya, kita dapat mengurangi atau meredam bahaya dan akibat yang timbul dari penggunaan SMS yang dilakukan dengan tidak semestinya. Penanggulang-an yang bersifat preventif dapat melalui keluarga, masyarakat sekolah maupun melalui pihak-pihak yang terkait, semua demi masa depan serta kemajuan generasi muda kita.
Melalui keluarga, orang tua setidak-tidaknya mau memulai mengerti dan memperhatikan aktivitas penggunaan handphone anak-anaknya. Lebih-lebih anak-anak kita yang pada bulan-bulan ini mempersiapkan diri untuk menempuh ujian nasional, sehingga kegiatannya dapat terkondisi dengan seimbang antara belajar, refreshing serta menggunakan handphone maupun beraktivitas komunikasi.Dengan orang tua mau memperhatikan apa yang diperbuat oleh anak-anaknya, niscaya anak-anak kita akan terkontrol segala kegiatan sehari-harinya. Maka perhatian mereka bisa terarah kepada hal yang positif untuk mendukung daya belajar mereka, demi mencapai prestasi yang tertinggi. Dari masyarakat, sekolah sudah lebih dulu mengambil sikap preventif dengan membuat kebijakan yaitu tidak diperbolehkannya siswa membawa handphone pada saat jam pelajaran atau pada saat sekolah.
Sikap preventif ini sangat mendukung sekali daya belajar anak-anak kita. Bagaimana jadinya jika sekolah tidak membuat peraturan ini. Maka semua siswa saling berlomba untuk ber-SMS maupun bermain game. Tetapi dengan kebijakan yang diambil sekolah ini, terkadang orang tua ada yang tidak bisa menerima peraturan yang ditetapkan sekolah mengenai handphone. Berbagai alasan sampai ada komentar dari orang tua “mosok zaman modern ke sekolah, tidak boleh membawa handphone”.
Jangan kita pandang, kebijakan dan peraturan sekolah yang melarang siswanya membawa handphone ini adalah suatu kemunduran zaman. Tetapi kita lihat dari segi positifnya. Jika anak tidak membawa handphone, maka perhatian siswa hanya tertuju pada guru dan pelajaran yang diajarkan. Apa jadinya kalau sekolah membebaskan siswa-siswanya membawa handphone, pasti semua siswa akan membawa handphone dan saling memamerkan handphone, serta berlomba menekan tut secepat-cepatnya dan kata belajar nomor dua.
Bahkan kata belajar tidak ada dalam memori pikiran mereka tetapi yang ada pada memori pikiran mereka hanyalah bermain handphone. Marilah kita sebagai orang tua juga mendukung kebijakan sekolah ini. Untuk pihak-pihak terkait yang erat dengan komunikasi dan kepemudaan, hendaklah turut serta ikut mendukung sekolah melakukan sikap melarang siswa membawa handphone di sekolah dengan secara rutin melakukan pembinaan pelajar pada sekolah-sekolah.
Terutama penjelasan baik buruknya menggunakan handphone secara berlebihan. Dengan perhatian serta kerap kali penyuluhan ataupun pengarahan dari orang tua, guru, pihak terkait dan masyarakat sekolah, maka akan terkurangilah dampak negatif yang merupakan bahaya laten akibat SMS yang dilakukan generasi muda kita.
Semoga dengan tulisan kecil ini, kita sebagai orang tua, guru serta masyarakat seiya sekata bersepakat memperhatikan aktivitas anak-anak kita menggunakan handphone, sehingga anak-anak kita dapat mengerti serta memahami tentang penggunaan handphone serta kegunaan SMS dan mengerti akan kebebasan dan tanggung jawabnya sebagai pelajar. Dengan memperhatikan aktivitas anak-anak kita menggunakan handphone dan ber-SMS berarti kita telah turut serta menyelamatkan masa depan anak-anak kita, bangsa dan negara Indonesia tercinta ini. (*)
0 komentar:
Posting Komentar