ASSALAMUALAIKUM Wr.Wb

Selamat datang di Forum Komunikasi Remaja Geduren
Hay..hai..buat kalian semua rekan-rekan anggota FOKREN..
mo lihat berita tentang FOKREN?
Datang dan share bersama saya di blog yang sederhana ini..blog nya anak muda yang kreatif dan inovatif....
Selamat menikmati.....

Banner

Bahasa Jawa Dalam Kondisi Kritis!

Sabtu, 06 Agustus 2011

Remaja di berbagai daerah di Jawa Timur, khususnya di perkotaan, saat ini jarang sekali memakai bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan sebayanya. Di kota kecil seperti Tuban dan Lamongan misalnya, banyak remaja yang lebih menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa, apalagi di kota-kota besar seperti Surabaya, Malang dan sebagainya. Di Surabaya, ketika kita berada di kampus, tidak heran lagi ketika mendengar banyak mahasiswa berbicara dengan bahasa Indonesia ketimbang bahasa Jawa. Di kalangan mereka, jangankan bahasa Jawa krama inggil atau krama halus, bahasa Jawa ngoko pun sudah jarang digunakan. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, tidak jarang juga dicampur dengan bahasa Inggris. Misalnya kata thank’s, please, dan lain-lain.

Fenomena di atas terjadi karena para remaja tersebut mungkin merasa gengsi ketika di era globalisasi seperti sekarang ini masih saja menggunakan bahasa daerah. Bahkan, tidak jarang remaja yang beranggapan bahwa menggunakan bahasa Jawa adalah kuno. Ketika salah satu stasiun televisi di Jawa Timur mencoba mengangkat bahasa daerah (khususnya bahasa Jawa) dengan siaran-siaran yang menggunakan bahasa Jawa, para remaja itu justru menertawakan bahkan sampai terpingkal-pingkal. Mereka seolah lupa bahwa itu adalah bahasa mereka. Mau dikemanakan bahasa kebanggaan orang Jawa ini?

Parahnya lagi, para orangtua pun sekarang seolah ikut-ikutan gengsi mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anaknya. Mereka seolah lupa dengan bahasa daerahnya. Tidak sedikit orangtua yang sekarang lebih memilih untuk mengajarkan bahasa Indonesia atau bahkan bahasa Inggris kepada anak-anaknya yang masih balita. Di jaman sekarang hampir tidak ada orangtua yang mengajarkan bahasa Jawa krama inggil atau krama halus kepada anak-anaknya. Tinggal kita tunggu saja kapan bahasa Jawa akan punah.

Memang suatu kebanggan ketika mempunyai anak yang bisa berbahasa Indonesia atau bahkan berbahasa Inggris dengan lancar di usia dini. Tetapi tidak seharusnya kita lupa untuk mengajarkan bahasa daerah kita kepada anak-anak. Yang terjadi, justru mereka melupakan bahasa daerahnya beserta fungsi-fungsinya. Mereka tidak mau tahu tentang apa fungsi bahasa daerah dari sisi yang lain.

Bahasa memang berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu bahasa Indonesia memang harus diajarkan atau digunakan dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Tetapi kita harus ingat bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa. Dan setiap suku bangsa memiliki bahasa sendiri yang juga akan menjadi simbol atau ciri khas dari suku bangsa tersebut. Lebih-lebih bahasa Jawa, selain menjadi ciri khas bahasa Jawa juga mempunyai fungsi yang lain. Fungsi tersebut berkaitan dengan tingkat kesopanan manusia. Di dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa tingkatan, mulai dari ngoko, ngoko halus, krama halus, krama inggil dan seterusnya. Dari tingkatan-tingkatan tersebut akan menunjukkan tingkat kesopanan masyarakat Jawa. Dengan demikian, ketika kita tidak mengajarkan bahasa Jawa kepada anak-anak kita, maka secara tdak langsung kita juga tidak mengajarkan kesopanan kepada mereka.

Jangan heran kalau anak-anak muda jaman sekarang sudah jarang mengenal sopan santun kepada orang yang lebih tua. Kembali lagi kepada fungsi bahasa sebagai pemersatu bangsa. Jika bahasa di dalam suatu suku bangsa telah hilang, bagaimana mungkin masyarakat suku bangsa tersebut akan bersatu dengan kokoh. Jika di dalam suku bangsa saja persatuan antar manusia tidak kuat, bagaimana mungkin seluruh bangsa Indonesia akan dapat bersatu dengan kokoh. Lalu, mau jadi apa bangsa kita nantinya?

sumber dari : www.rimanews.com

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar